Rabu, 26 Oktober 2011

Terima kasih ayah


Ayah Lintang bekerja, berangkat pagi pulang malam. Seringkali ayah pulang saat Lintang sudah terlelap.. Memang sih, kalau ada bunda, Lintang lebih banyak main sama bunda. Tapi bukan berarti Lintang tidak sayang ayah. Lintang suka kangen ayah. Meski sebentar, tiap pagi ayah mengajak Lintang jalan-jalan.
Minggu lalu, bunda berangkat arisan. Tumben Lintang tidak diajak. Untung ada ayah yang kebetulan libur, jadi Lintang tidak sendiri di rumah. Tapi lama-lama Lintang nangis karena sudah ngantuk dan nggak bisa nenen bunda. Lintang nggak mau bobo, nggak mau makan. Ayah jadi bingung. Akhirnya ayah bawa Lintang jalan-jalan naik mobil. Lintang ikutan nyetir lo..kasihan ayah susah payah megangin Lintang.
Ayah gendong-gendong Lintang tapi Lintang tetap nggak mau bobo. Ayah ajak mainan malah Lintang nangis. Ayah bolak balik menelephon bunda berharap segera pulang. Duh..ayah sampai kecapean hari itu. Mungkin karena Lintang juga cape nangis, akhirnya Lintang tertidur di pelukan ayah. Waktu bunda pulang, Lintang tengah tertidur lelap..
Minggu ini ayah mengambil cuti sehari sebagai ganti libur akhir tahun kemarin. Seharusnya ayah istirahat di rumah. Tapi ayah malah mengajak Lintang liburan bersama bunda. Tak hanya itu, ayah juga tidak keberatan bunda mengajak mbak Sri dan mbak Diah. Wah senangnya liburan ke Solo. Biarpun siang bolong, Lintang langsung asyik berenang di Pandhawa. Lintang ketawa-ketawa terus di bawah pancuran kodok. Bunda juga bisa menikmati black hole tuh.
Rasanya kebersamaan seperti itu ingin lebih lama. Biar begitu, Lintang bersyukur kok masih ada ayah setiap hari. Bayangkan teman-teman Lintang yang ditinggal ayahnya bekerja di luar kota. Bertemu sebulan sekali, dua bulan, enam bulan. Mau materi segede gunung juga Lintang lebih memilih dekat dengan ayah dan bunda.
Peluk cium,
Lintang­­

Tidak ada komentar:

Posting Komentar